LAPORAN
KUNJUNGAN
KARYA WISATA
YOGYAKARTA DAN JAKARTA
DI
SUSUN OLEH :
NAMA
KELAS
SMP NEGERI 2 WAY JEPARA
LAMPUNG TIMUR
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Jln.Sriwijaya no. 7
kec. Way Jepara kab. Lampung Timur
MOTO
“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan
sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki
melimpah."
PERSEMBAHAN
Laporan ini saya
persembahkan kepada :
1.
Bapak Drs. M. AEKO TENGGORO selaku
Kepala SMP Negeri 2 Way Jepara
2.
Bapak Drs. TRI YUDO WIDIANTO selaku
Kepala Perpustakaan SMP Negeri 2 Way Jepara
3.
Ibu RAGILLIA SEPTIANI S.Pd, selaku pembimbing
4.
Bapak/Ibu Guru beserta Staff Tata Usaha
SMP Negeri 2 Way Jepara
5.
Kedua orang tua saya yang telah
mendoakan saya
6.
Rekan-rekan dan adik kelas yang saya
sayangi
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan Karya tulis ini
telah diserujui dan disahkan oleh Kepala Perpustakaan dan Pembimbing sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti UN dan UAS kelas IX di SMP NEGERI 2 WAY
JEPARA Tahun Pelajaran 2016/2017 pada :
Hari/tanggal :
Tempat : SMP N 2 WAY JEPARA
Mengetehui
Kepala Perpustakaan Guru
Pembimbing
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami
terima, serta petunjuk‐Nya sehingga
memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan LAPORAN KARYA
WISATA YOGYAKARTA-JAKARTA.
Kami menyadari bahwa keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman kami tentang daerah Iini, menjadikan keterbatasan
kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan karya
wisata ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan guru
bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan laporan karaya wisata
ini.
Way
Jepara, 13 Februari 2016
Penulis
Dwi Sestu Ningsih
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL i
MOTO ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah 1
1.2.
Tujuan Penulisan 1
1.3.
Metode Pengumpulan Data
1
BAB II ISI
1. CANDI
BOROBUDUR 2
2. MONUMEN
JOGJA KEMBALI 6
3. CANDI
PRAMBANAN 8
4. MUSEUM
DIRGANTARA 9
5. TMII 11
6. MONUMEN
NASIONAL 13
7. LUBANG
BUAYA 16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 19
B. SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20
DOKUMENTASI 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan
perkembangan dunia pariwisata di negara kita, terutama peninggalan-peninggalan
bersejarah dari Sabang sampai Marauke menjadi salah satu alasan diadakannya
Study Tour. Study Tour merupakan suatu agenda rutin tahunan yang
diselenggarakan SMP NEGERI 2 Way Jepara. Sekolah kami tahun ini memilih kota
Jakarta dan Yogyakarta sebagai tempat untuk Study Tour karena banyak
peninggalan-peninggalan bersejarah yang layak untuk kami ketahui.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Membantu
para siswa dan para pembaca dalam bidang sejarah
Tujuan Khusus :
Agar
siswa tidak hanya memiliki teori saja
1.3
Metode Pengumpulan data
Metode
pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan penulis untuk memperoleh dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan. Karya tulis ini disusun berdasarkan
data-data yang kami kumpulkan dan lokasi dengan menggunakan metode-metode
sebagai berikut :
1.
Metode Observasi
Yaitu suatu
cara untuk memperoleh data dengan cara mengunjungi langsung obyek untuk
mengadakan penelitian.
2.
Metode Tanya Jawab
Yaitu suatu
cara untuk memperoleh data dengan cara mengadakan Tanya jawab dengan
guide-guide tentang tempat-tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan
gedung-gedung beserta lainnya.
4.
Metode Dokumentasi
Metode ini
merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengkaji buku-buku yang mendukung
karya tulis ini.
BAB II
ISI
1. CANDI BOROBUDUR
A. Waktu Di
Dirikan
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejrah yang berada di daerah jawa tengah paa khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
B. Penemuan Kembali
Borobudue yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah di sekelilingnya
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
C. Penyelamatan I
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah
D. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
E. Bangunan Candi Borobudur
a. Uraian Banguan Candi Borobudur
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya :
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejrah yang berada di daerah jawa tengah paa khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
B. Penemuan Kembali
Borobudue yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah di sekelilingnya
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
C. Penyelamatan I
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah
D. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
E. Bangunan Candi Borobudur
a. Uraian Banguan Candi Borobudur
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya :
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
2. MONUMEN JOGJA KEMBALI
Monumen Jogja Kembali atau Monjali merupakan perlambang
berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai bukti sejarah
ditarik mundurnya pasukan Belanda waktu itu dari Jogja pada tanggal 29 Juni
1949 dan sekaligus kembalinya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan pejabat lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. dari
pengasingan.
Sejarah ini dimulai tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00
WIB di kota Yogyakarta. Terdengar bunyi sirene yang terdengar dari pos
pertahanan Belanda pertanda waktu istirahat pasukan Belanda. Bersamaan dengan
pergantian waktu tersebut Letkol Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah
Wehrkreise III bergerak mulai menggempur pertahanan Belanda setelah mendapat
persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai penggagas serangan
tersebut. Pasukan Belanda yang semenjak Agresi Militer Belanda II bulan
Desember 1948 pasukannya disebar ke pos pos kecil dan mulai melemah ini
merupakan saat yang tepat untuk di serang pasukan TNI.
Setelah terjadi pertempuran sengit, pasukan Belanda dapat
dipukul mundur keluar dari Yogyakarta dan selama 6 jam pasukan TNI berhasil
menduduki Kota Yogyakarta. Selanjutnya pukul 12.00 siang pasukan TNI kembali
menarik diri dari Yogyakarta karena bantuan pasukan Belanda datang.
Pertempuran tersebut dikenal dengan Serangan Umum 1
Maret yang merupakan bukti pada dunia Internasional nahwa pasukan TNI masih
mempunyai kekuatan untuk mengusir dan melawan penjajah keluar dari wilayah
NKRI.
Pertempuran tersebut membuat Belanda marah dan
akhirnya menangkap Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta yang selanjutnya
diasingkan ke Sumatra dan Belanda selanjutnya membuat propaganda bahwa Republik
Indonesia sudah tidak ada lagi.
Berita perlawanan dari TNI dapat dapat memukul mundur
pasukan Belanda sempat dikabarkan ke Wonosari kemudian diteruskan ke Bukit
Tinggi kemudian ke Birma selanjutnya ke New Delhi India dan berakhir ke kantor
pusat PBB di New York. Mendengar beritta tersebut PBB menganggap Indonesia
telah merdeka dan mendesak segera mengadakan Komisi Tiga Negara. Akhirnya
diadakan pertemuan di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949. Wakil
dari Indonesia dipimpin oleh Moh Royen sedangkan wakil dari Belanda dipimpin
oleh Van Royen dan selanjutnya menghasilkan perjanjian yang ditandatangani
tanggal 7 Mei 1949 yang isinya bahwa Belanda dipaksa untuk menarik pasukannya
dari Indonesia dan harus memulangkan Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta ke
Yogyakarta. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda resmi menyerahkan
kedaulatan kepada Republik Indonesia
Monumen Jogja Kembali ini dirancang berbentuk gunung yang
menjadi lambang kesuburan dan juga merupakan pelestarian dari budaya nenek
moyang. Penempatan lokasi bangunan ini pun mengikuti budaya Jogja yaitu
terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung
Krapyak dan Parangtritis. Titik imajiner monumen ini terletak pada lantai tiga,
tepat pada berdirinya tiang bendera.
Memasuki area monumen ini, anda akan disambut oleh replika
pesawat Cureng di dekat pintu timur dan pesawat Guntai di dekat pintu
barat. Menaiki teras di sebelah barrat dan timur, pengunjung akan disuguhi dua
senjata mesin beroda dengan tempat duduknya. Di ujung selatan pelataran anda
akan melihat dinding yang bertuliskan 420 nama pejuang yang gugur antara 19
Desember 1948 – 29 Juni 1949 dan puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar
untuk mengenang pahlawan yang tidak diketahui namanya.
Terdapat empat jalan untuk menuju bangunan utama
monumen ini yang dikelilingi oleh kolam ( jagang). Jalan pada arah barat dan
tiimur menghubungkan ke pintu masuk lantai satu, yang terdiri dari empat ruang
museum yang menampilkan sekitar 1.000 koleksi yang berhubungan dengan sejarah 1
maret, seperti perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Yogyakarta sebagai ibukota
RI. Terdapat pula seragam tentara pelajar dan kursi tandu dari Panglima
Besar Jendral Sudirman yang masih tersimpan dengan baik. Selanjutnya
terdapat ruang sidang utama yang terletak di sebelah ruang museum 1. Terdapat
pula ruangan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan yang berbentuk
lingkaran berdiameter 25 meter.
Selanjutnya jalan utara dan selatan menghubungkan ke
tangga menuju lantai dua. Pada dinding luar yang melinkari bangunan terdapat 40
relief ukir yang menceritakan perjuangan rakyat Indonesia dari tanggal 17
Agustus 1945 – 28 Desember 1949. Sedangkan didalamnya terdapat 10 diorama yang
menceritakan situasi Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SO
1 Maret, Perjanjian Roem Royen dan Peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949
di Gedung Agung Yogyakarta.
Menaiki lantai teratas merupakan tempat hening yang
berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat tiang bendera yang dipasang
bendera merah putih. Ruangan ini bernama Garbha Graha yang digunakan untuk
mendoakan para pahlawan dam mengenang jasa-jasanya.
Taman Lampion Jogja
Selain wisata sejarah ,monjali juga dilengkapi dengan
taman lampion yang menarik. Taman ini dibuka mulai sore hari hingga tengah
malam. Pengunjung bisa menikmati lampu-lampu warna-warni yang berbentuk
beraneka macam benda seperti hewan maupun bunga. Anda juga bisa menikmati aneka
kuliner yang ada di foodcord monjali. Taman lampion monjali ini cocok untuk
bersantai dengan keluarga dan rekan-rekan.
3. CANDI PRAMBANAN
A. Sejarah Singkat
Candi Prambanan merupakan candi
hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya
tulisan nama pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini
dibangun oleh Rakai Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung
berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest
politik untuk meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar. Terjadinya
perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak terawatnya
candi di daerah ini di tambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali letusan
gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh tinggal puing-puing batu yang
berserakan.
Pada tanggal 20 Desember 1953
pemugaran Candi induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr.
Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama.
Komplek percandian prambanan terdiri
atas bawa, latar tengah dan latar atas (Latar Pusat) Latar bawah tak berisi
apapun. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar
pusat adalah latar terpenting diatas berdiri 6 buah candi besar dan kecil.
Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang paling berhadapan.
Deret pertama yaitu candi Siwa,
candi Wisnu, dan candi Brahma. Deret kedua yaitu candi Nandi, candi Angsa dan
candi Garuda. Pada ujung lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut terdapat
candi apit secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.
B. Deskripsi Bangunan
Deskripsi bangunan percandian
prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat)
yang makin ke arah dalam makin tinggi tempatnyaberturut-turut luasnya 390 m2
,222 m2, dan 110 m2. Di dalam latar tengah terdapat
reruntuhan candi Perwara. Apabila seluruhnya telah selesai di Pugar, maka aka
nada 224 buah candi yang ukuranya sama yaitu luas dasar 6 m2 dan
tingginya 14 m. candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan.
Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu
Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda. Di ujung lorong yang memisahkan kedua
deretan candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainya disebut candi
Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.
4. MUSEUM DIRGANTARA
Museum
Dirgantara adalah museum yang digagas oleh TNI AU untuk mengabadikan
peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks pangkalan
udara Adi Sutjipto Yogyakarta, museum ini sebelumnya berada berada di Jalan
Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU
Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 1978. Museum
ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa
sejarah. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini
yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan,
diantaranya:
·
Pesawat PBY-5A (Catalina).
·
Replika pesawat WEL-I RI-X.
·
Pesawat A6M5 Zero Zen buatan Jepang.
·
Pesawat pembom B 25 Mitchell, B 26 Invader.
·
Helikopter 360 buatan AS.
Museum
TNI AU diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara
Laksamana Udara Rusmin Nuryadin berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit,
Jakarta.
Dengan
pertimbangan antara lain bahwa Yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat
perjuangan TNI AU periode 1945-1949 serta tempat penggodokan Karbol AAU, maka
pada bulan November 1977 Museum AURI di Jakarta dipindahkan dan diintegrasikan
dengan Museum di Ksatrian AAU di Pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal
29 Juli 1978 diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Mengingat
semakin bertambahnya koleksi, maka pada tahun 1984 Museum dipindahkan ke
Wonocatur menempati sebuah gedung bersejarah. Gedung tersebut semasa penjajahan
Belanda adalah sebuah pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan
sebagai Depo Logistik. Pada bulan Oktober 1945 BKR dan para pejuang kemerdekaan
berhasil merebut Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) dari
tangan Jepang, termasuk segala unsur logistik dan fasilitasnya yang kemudian
digunakan sebagai unsur kekuatan awal TNI Angkatan Udara.
Museum
TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen alutsista dan 40 pesawat
terbang dari negara barat sampai timur, serta terdapat koleksi berupa
diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan, tanda-tanda kehormatan, dan
lain-lain yang disusun dan ditata berdasar kronologi peristiwa.
(Koleksi
pesawat antara lain) Pesawat WEL RI X merupakan produksi pertama bangsa
Indonesia yang dibuat pada tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi
Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun, dibawah pimpinan Opsir
Udara III (Kapten) Wiweko Supomo. Pesawat ini memakai mesin Harley Davidson 2
Silinder model tahun 1928.
Pesawat
Pembom Guntai direbut dari Jepang saat Belanda melancarkan aksi blokade
terhadap dirgantara Indonesia, pesawat buatan tahun 1930 ini dengan
penerbangnya Kadet Mulyono melaksanakan pemboman terhadap kedudukan lawan di
Semarang pada tanggal 29 Juli 1947.
Pesawat
Jet Star merupakan pesawat kepresidenan hadiah dari pemerintah Amerika Serikat
kepada Presiden RI Soekarno, pernah digunakan dalam kunjungan ke beberapa
negara antara lain Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Berbagai
jenis pesawat pemburu, latih, dan angkut periode 1950-1965.
Diorama
Sekbang I Taloa, Amerika Serikat, Sekbang India, Sekbang Andir, dan Sekolah
Perwira Teknik Udara.
5. TMII
Sejarah taman mini indonesia indah – TMII atau Taman Mini Indonesia
Indah adalah salah satu wisata terkenal di Indonesia dan merupakan kawasan
objek wisata yang terbilang megah dengan luas area 165 hektar, terletak di
Jakarta Timur.
Lahan tersebut awal mulanya merupakan daerah
persawahan dan perladangan milik rakyat, namun kemudian ditransformasikan
menjadi kawasan wisata TMII.
Taman mini indonesia indah sengaja dibuat sebagai
wahana yang dapat merepresentasikan kebhinekaan Indonesia dan kekayaan khasanah
budaya bangsa.
Sedangkan tujuan pendirian taman miniatur ini adalah untuk
memupuk dan membina persatuan bangsa, menjunjung tinggi kebudayaan nasional,
dan memperkenalkan kebudayaan, adat-istiadat, dan perilaku masyarakat Indonesia
kepada rakyat Indonesia sendiri dan bangsa lain.
Tujuan-tujuan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
objek-objek wisata yang disajikan di kawasan TMII, seperti anjungan daerah,
museum, taman, tempat rekreasi, dan lain-lain. Berikut ini adalah sejarah
taman mini indonesia indah.
Gagasan Pendirian Taman Mini
Indonesia Indah
Sejarah mencatat, bahwa gagasan awal mula pendirian
kawasan wisata TMII adalah oleh Ibu Negara Siti Hartinah Soeharto yang lebih
akrab dengan Ibu Tien Soeharto.
Prakarsa tersebut diilhami oleh pidato Presiden
Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan
bidang mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri
pada tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan
pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di
Jl. Cendana No. 8, Jakarta.
Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama
bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian,
kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada
di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk
membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta
untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja
Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga
dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam
Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan
pembangunan Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum.
Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai
kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan
proyek tersebut.
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu
Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi
kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah
Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali
Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo,
dengan luas tanah ± 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti
perkembangan kota Jakarta di kemudian hari.
Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena
dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan
rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang
sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap
demi tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief
Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan
Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan
jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.
Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap
daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya
membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional:
masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai
unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap
pertama dinyatakan selesai.
Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia
Indah” diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto. TMII telah mempunyai
logo berhuruf I dan I, kedua huruf ini mewakili nama Indonesia Indah. Sedangkan
maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra).
Sebagai kawasan wisata yang dikonsep secara matang,
sejak usia dini TMII telah mengantongi berbagai penghargaan di bidang
pariwisata, baik penghargaan dari pemerintah daerah maupun lembaga
internasional.
Penghargaan ini salah satunya berasal dari Pemerintah
DKI Jakarta yang diberikan pada tahun 1976, 1977, 1978, 1981, 1991, 1992, 1993,
dan 1995.
Selain itu, TMII juga pernah menggondol penghargaan
pelestarian kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Assosiation
(PATA) pada tahun 1987. Khusus di bidang pembinaan industri kecil, TMII juga
pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Upakarti
Kepeloporan pada tahun 1990.
6. MONUMEN
NASIONAL
A. Sejarah
Monumen nasional ini memiliki tinggi 132 meter
dengan emas yang berada di puncaknya.
Sejarah monas ini dimulai
setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta pada tahun
1950 setelah adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1949. Lalu Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan
sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di
depan Istana Merdeka.
Monumen
Nasional terletak dipusat kota Jakarta. Monumen Nasional ini merupan icon kota
Jakarta, yang menjadi tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi para
wisatawan. Monumen Nasional didirikan pada tahun 1959 dan diresmikan 2 tahun
kemudian pada tahun 1961.
Didalam Monumen
Nasional ini kita dapat menikmati segarnya hutan kota seluas ± 80 hektare
ditengah kota Jakarta. Adapun bagian bagian dari Monas yang tak kalah menarik.
Bagian tersebut yaitu Lidah api, pelataran puncak, pelataran bawah, dan museum
sejarah perjuangan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite
nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun
1955. Sekitar 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat
oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh komite.
Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi tetap tak satupun yang memenuhi
kriteria. Lalu ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan
rancangannya kepada Soekarno.
Silaban kemudian diminta merancang monumen
dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan oleh Silaban
biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara Silaban
menolak merancang bangunan yang lebih kecil, kemudian Soekarno meminta arsitek
R.M. Soedarsono melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17,
angka 8 dan angka 45, untuk melambangkan 17 Agustus 1945 di dalam rancangan
monumen itu. Pembangunan monas yang di arsiteki Friedrich Silaban dan R. M.
Soedarsono dibangaun pada 17 Agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap
pertama, dimulai secara resmi oleh Presiden Soekarnoyang secara seremonial
menancapkan pasak beton pertama. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada
Maret 1962. Dan dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.
Lalu pembangunan tahap kedua berlangsung pada
kurun 1966 hingga 1968 karena adanya Gerakan 30 September 1965, tahap ini
sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969 sampai 1976 dengan
menambahkan diorama pada museum sejarah. Meski pembangunan telah selesai,
masalah masih terjadi, yaitu kebocoran air yang menggenangi museum. Sejarah
monas dimulai sejak Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan
pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto
Gagasan awal pembangunan Monumen Nasional
muncul setelah sembilan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan.
Atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan
Hari Ulang Tahun Kemerdekan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah “
panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas
tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku
Penulis, Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu oleh 4 orang
anggota masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
Tugas panitia adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penbagunan Monumen Nasional yang akan didirikan
di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya
pembangunan yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen
Nasional adalah:
- Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
- Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
- Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
- Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.
B. Program Bagi Pengunjung
Ø Program Utama: Memperlihatkan berbagai miniatur
yang dapat menjelaskan tentang peristiwa sejarah banga Indonesia.
Ø Kegiatan pengunjung: Belajar sambil berwisata
dengan menikmati keindahan yang terdapat dikota Jakarta dari pelataran puncak
Monas.
Ø Kegiatan Lainnya: Sebagai tempat berekreasi dan
belajar bagi siswa.
C. Manfaat Bagi Pengunjung
-
Mengunggah
kesadaran dan menumbuhkan apresiasi anak didik dan masyarakat terhadap sejarah
bangsa Indonesia.
-
Mengenal
keindahan kota Jakarta dari pelataran puncak monas
-
Mendorong
timbulnya rasa keingintahuan anak didik dan masyarakat terhadap sejarah
perjuangan bangsa Indoneia.
-
Memberi
gambaran tentang bagaimana para pahlawan merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah.
-
Menmgenang dan
melestarikan sejarah perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan 1945.
D. Fasilitas
1. 12 Diaorama(jendela peraga)
2. Lift
3. Tangga
darurat
4. Air mancur
5. Laser
6. Lapangan olahraga
7. Taman
8. Ruang
museum
7. LUBANG BUAYA
Lubang
Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat
pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. Secara
spesifik, sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya
di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Lubang Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.
Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu. Di Lubang Buaya terdapat patung elang dan patung pahlawan, patung elang itu sangat besar. Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.
Pada 1 Oktober 1965 telah terjadi penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal dan seorang perwira pertama AD yang kemudian dimasukkan ke sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede oleh pasukan militer G30S. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.
Pada 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya, Mayjen Suharto, Panglima Kostrad menyampaikan pidato yang disiarkan luas yang menyatakan bahwa para jenderal telah dianiaya sangat kejam dan biadab sebelum ditembak. Dikatakan olehnya bahwa hal itu terbukti dari bilur-bilur luka di seluruh tubuh para korban. Di samping itu Suharto juga menuduh, Lubang Buaya berada di kawasan PAU Halim Perdanakusuma, tempat latihan sukarelawan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Perlu disebutkan bahwa Lubang Buaya terletak di wilayah milik Kodam Jaya. Di samping itu disiarkan secara luas foto-foto dan film jenazah yang telah rusak yang begitu mudah menimbulkan kepercayaan tentang penganiayaan biadab itu. Hal itu diliput oleh media massa yang telah dikuasai AD, yakni RRI dan TVRI serta koran milik AD Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. Sementara seluruh media massa lain dilarang terbit sejak 2 Oktober.
Lubang Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.
Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu. Di Lubang Buaya terdapat patung elang dan patung pahlawan, patung elang itu sangat besar. Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.
Pada 1 Oktober 1965 telah terjadi penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal dan seorang perwira pertama AD yang kemudian dimasukkan ke sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede oleh pasukan militer G30S. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.
Pada 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya, Mayjen Suharto, Panglima Kostrad menyampaikan pidato yang disiarkan luas yang menyatakan bahwa para jenderal telah dianiaya sangat kejam dan biadab sebelum ditembak. Dikatakan olehnya bahwa hal itu terbukti dari bilur-bilur luka di seluruh tubuh para korban. Di samping itu Suharto juga menuduh, Lubang Buaya berada di kawasan PAU Halim Perdanakusuma, tempat latihan sukarelawan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Perlu disebutkan bahwa Lubang Buaya terletak di wilayah milik Kodam Jaya. Di samping itu disiarkan secara luas foto-foto dan film jenazah yang telah rusak yang begitu mudah menimbulkan kepercayaan tentang penganiayaan biadab itu. Hal itu diliput oleh media massa yang telah dikuasai AD, yakni RRI dan TVRI serta koran milik AD Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. Sementara seluruh media massa lain dilarang terbit sejak 2 Oktober.
Jadi sudah pada 4
Oktober itu Suharto menuduh AURI, Pemuda Rakyat dan Gerwani bersangkutan dengan
kejadian di Lubang Buaya. Selanjutnya telah
dipersiapkan skenario yang telah digodok dalam badan intelijen militer untuk
melakukan propaganda hitam terhadap PKI secara besar-besaran dan serentak.
Dilukiskan terdapat kerjasama erat dan serasi antara Pemuda Rakyat dan Gerwani
serta anggota ormas PKI lainnya dalam melakukan penyiksaan para jenderal dengan
menyeret, menendang, memukul, mengepruk, meludahi, menghina, menusuk-nusuk
dengan pisau, menoreh silet ke mukanya. Dan puncaknya kaum perempuan Gerwani
itu dilukiskan sebagai telah kerasukan setan, menari-nari telanjang yang
disebut tarian harum bunga, sambil menyanyikan lagu Genjer-genjer, lalu
mecungkil mata korban, menyilet kemaluan mereka, dan memasukkan potongan kemaluan
itu ke mulutnya….
hal itu bisa kita baca dalam koran-koran Orba milik AD yang kemudian dikutip oleh media massa lain yang boleh terbit lagi pada 6 Oktober dengan catatan harus membebek sang penguasa serta buku-buku Orba. Lukisan itu pun bisa kita dapati dalam buku Soegiarso Soerojo, pendiri koran AB, yang diterbitkan sudah pada 1988, .Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Anda juga dapat menikmatinya dalam buku Arswendo Atmowiloto yang direstui oleh pihak AD, Pengkhianatan G30S/PKI, yang dipuji sebagai transkrip novel yang bagus dari film skenario Arifin C Noer dengan judul yang sama yang wajib ditonton oleh rakyat dan anak sekolah khususnya selama bertahun-tahun. Dan jangan lupa, fitnah ini diabadikan dalam diorama pada apa yang disebut Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Meski monumen ini berisi fitnah, tapi kelak jangan sampai dihancurkan, tambahkanlah satu plakat yang mudah dibaca khalayak: “Di sini berdiri monumen kebohongan perzinahan politik”, agar kita semua belajar bahwa pernah terjadi suatu rezim menghalalkan segala cara untuk menopang kekuasaannya dengan fitnah paling kotor dan keji pun. Penghormatan terhadap para jenderal yang dibunuh itu ditunggangi Suharto dengan fitnah demikian.
Fitnah hitam dongeng horor itu semua bertentangan dengan hasil visum et repertum tim dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto sendiri yang diserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965, bahwa tidak ada tanda-tanda penyiksaan biadab, mata dan kemaluan korban dalam keadaan utuh. Laporan resmi tim dokter itu sama sekali diabaikan dan tak pernah diumumkan.
Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan selama bertahun-tahun tanpa jeda. Dalil intelijen menyatakan bahwa kebohongan yang terus-menerus disampaikan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Bahkan sampai dewasa ini pun, ketika informasi sudah dapat diperloleh secara bebas terbuka, fitnah itu masih dimamahbiak oleh sementara kalangan seperti buta informasi.
Apa tujuan kampanye hitam fitnah itu? Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan situasi, membangkitkan emosi rakyat umumnya dan kaum agama khususnya menuju ke pembantaian massal para anggota PKI dan yang dituduh PKI sesuai dengan doktrin membasmi sampai ke akar-akarnya. Dengan gencarnya kampanye hitam itu, maka telah berkembang biak dengan berbagai peristiwa di daerah dengan kreatifitas dan imajinasi para penguasa setempat. Selama kurun waktu 1965-1966 jika di pekarangan rumah seseorang ada lubang, misalnya untuk dipersiapkan menanam sesuatu atau sumur tua tak terpakai, apalagi jika si pemilik dicurigai sebagai orang PKI, maka serta-merta ia dapat ditangkap, ditahan dan bahkan dibunuh dengan tuduhan telah mempersiapkan “lubang buaya” untuk mengubur jenderal, ulama atau dan tokoh-tokoh lawan politik PKI setempat. Dongeng tersebut masih dihidup-hidupkan sampai saat ini.
Segala macam dongeng fitnah busuk berupa temuan “lubang buaya” yang dipersiapkan PKI dan konco-konconya untuk mengubur lawan-lawan politiknya ini bertaburan di banyak berita koran 1965-1966 dan terekam juga dalam sejumlah buku termasuk buku yang ditulis Jenderal Nasution, yang dianggap sebagai peristiwa dan fakta sejarah, bahkan selalu dilengkapi dengan apa yang disebut “daftar maut” meskipun keduanya tak pernah dibuktikan sebagai kejadian sejarah maupun bukti di pengadilan.
Seorang petani bernama Slamet, anggota BTI yang tinggal di pelosok dusun di Jawa Tengah yang jauh dari jangkauan warta berita suatu kali mempersiapkan enam lubang untuk menanam pisang di pekarangannya. Suatu siang datang sejumlah polisi dan tentara dengan serombongan pemuda yang menggelandang dirinya ketika ia sedang menggali lubang keenam. Tuduhannya ia tertangkap basah sedang mempersiapkan lubang untuk mengubur Pak Lurah dan para pejabat setempat. Dalam interogasi terjadi percakapan seperti di bawah.
“Kamu sedang mempersiapkan lubang buaya untuk mengubur musuh-musuhmu!”
“Lho kulo niki bade nandur pisang, lubang boyo niku nopo to Pak?” [saya sedang hendak menanam pisang, lubang buaya itu apa Pak?]
“Lubang boyo iku yo lubange boyo sing ana boyone PKI!” [lubang buaya itu lubang yang ada buaya milik PKI]. Baik pesakitan yang bernama Slamet maupun polisi yang memeriksanya tidak tahu apa sebenarnya lubang buaya itu, mereka tidak tahu bahwa Lubang Buaya itu nama sebuah desa di Pondokgede, Jakarta.
hal itu bisa kita baca dalam koran-koran Orba milik AD yang kemudian dikutip oleh media massa lain yang boleh terbit lagi pada 6 Oktober dengan catatan harus membebek sang penguasa serta buku-buku Orba. Lukisan itu pun bisa kita dapati dalam buku Soegiarso Soerojo, pendiri koran AB, yang diterbitkan sudah pada 1988, .Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Anda juga dapat menikmatinya dalam buku Arswendo Atmowiloto yang direstui oleh pihak AD, Pengkhianatan G30S/PKI, yang dipuji sebagai transkrip novel yang bagus dari film skenario Arifin C Noer dengan judul yang sama yang wajib ditonton oleh rakyat dan anak sekolah khususnya selama bertahun-tahun. Dan jangan lupa, fitnah ini diabadikan dalam diorama pada apa yang disebut Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Meski monumen ini berisi fitnah, tapi kelak jangan sampai dihancurkan, tambahkanlah satu plakat yang mudah dibaca khalayak: “Di sini berdiri monumen kebohongan perzinahan politik”, agar kita semua belajar bahwa pernah terjadi suatu rezim menghalalkan segala cara untuk menopang kekuasaannya dengan fitnah paling kotor dan keji pun. Penghormatan terhadap para jenderal yang dibunuh itu ditunggangi Suharto dengan fitnah demikian.
Fitnah hitam dongeng horor itu semua bertentangan dengan hasil visum et repertum tim dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto sendiri yang diserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965, bahwa tidak ada tanda-tanda penyiksaan biadab, mata dan kemaluan korban dalam keadaan utuh. Laporan resmi tim dokter itu sama sekali diabaikan dan tak pernah diumumkan.
Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan selama bertahun-tahun tanpa jeda. Dalil intelijen menyatakan bahwa kebohongan yang terus-menerus disampaikan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Bahkan sampai dewasa ini pun, ketika informasi sudah dapat diperloleh secara bebas terbuka, fitnah itu masih dimamahbiak oleh sementara kalangan seperti buta informasi.
Apa tujuan kampanye hitam fitnah itu? Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan situasi, membangkitkan emosi rakyat umumnya dan kaum agama khususnya menuju ke pembantaian massal para anggota PKI dan yang dituduh PKI sesuai dengan doktrin membasmi sampai ke akar-akarnya. Dengan gencarnya kampanye hitam itu, maka telah berkembang biak dengan berbagai peristiwa di daerah dengan kreatifitas dan imajinasi para penguasa setempat. Selama kurun waktu 1965-1966 jika di pekarangan rumah seseorang ada lubang, misalnya untuk dipersiapkan menanam sesuatu atau sumur tua tak terpakai, apalagi jika si pemilik dicurigai sebagai orang PKI, maka serta-merta ia dapat ditangkap, ditahan dan bahkan dibunuh dengan tuduhan telah mempersiapkan “lubang buaya” untuk mengubur jenderal, ulama atau dan tokoh-tokoh lawan politik PKI setempat. Dongeng tersebut masih dihidup-hidupkan sampai saat ini.
Segala macam dongeng fitnah busuk berupa temuan “lubang buaya” yang dipersiapkan PKI dan konco-konconya untuk mengubur lawan-lawan politiknya ini bertaburan di banyak berita koran 1965-1966 dan terekam juga dalam sejumlah buku termasuk buku yang ditulis Jenderal Nasution, yang dianggap sebagai peristiwa dan fakta sejarah, bahkan selalu dilengkapi dengan apa yang disebut “daftar maut” meskipun keduanya tak pernah dibuktikan sebagai kejadian sejarah maupun bukti di pengadilan.
Seorang petani bernama Slamet, anggota BTI yang tinggal di pelosok dusun di Jawa Tengah yang jauh dari jangkauan warta berita suatu kali mempersiapkan enam lubang untuk menanam pisang di pekarangannya. Suatu siang datang sejumlah polisi dan tentara dengan serombongan pemuda yang menggelandang dirinya ketika ia sedang menggali lubang keenam. Tuduhannya ia tertangkap basah sedang mempersiapkan lubang untuk mengubur Pak Lurah dan para pejabat setempat. Dalam interogasi terjadi percakapan seperti di bawah.
“Kamu sedang mempersiapkan lubang buaya untuk mengubur musuh-musuhmu!”
“Lho kulo niki bade nandur pisang, lubang boyo niku nopo to Pak?” [saya sedang hendak menanam pisang, lubang buaya itu apa Pak?]
“Lubang boyo iku yo lubange boyo sing ana boyone PKI!” [lubang buaya itu lubang yang ada buaya milik PKI]. Baik pesakitan yang bernama Slamet maupun polisi yang memeriksanya tidak tahu apa sebenarnya lubang buaya itu, mereka tidak tahu bahwa Lubang Buaya itu nama sebuah desa di Pondokgede, Jakarta.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan ini memang sangat melelahkan, namun dibalik
itu semua terdapat sebuah pengalaman yang tidak pernah akan kami lupakan selama
hidup kami. Dari penulisan laporan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa
obyek-obyek wisata di Indonesia beraneka ragam. Sebagai warga Negara yang baik,
sudah sepantasnya kita menjaganya agar tetap lestari dan wisatawan domestik maupun
mancanegara betah di Indonesia. Sehingga bias meningkatkan devisa Negara.
B. Saran
Penyusun dengan segala keterbatasan yang ada,
menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1995 .Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa . 1993 . Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sumber:
www.jogjatrip.com
DOKUMENTASI
CANDI
BOROBUDUR CANDI BOROBUDUR
MONJALI MONJALI
CANDI PRAMBANAN CANDI PRAMBANAN
MUSEUM
DIRGANTARA MUSEUM
DIRGANTARA
TMII TMII
MONAS MONAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar