Translate

Sabtu, 13 Februari 2016

KARYA TULIS ILMIAH



LAPORAN KUNJUNGAN
KARYA WISATA
YOGYAKARTA DAN JAKARTA

 








DI SUSUN OLEH :
NAMA 

KELAS

SMP NEGERI 2 WAY JEPARA
LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Jln.Sriwijaya no. 7 kec. Way Jepara kab. Lampung Timur
 






MOTO


“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah."





















PERSEMBAHAN

Laporan ini saya persembahkan kepada :
1.      Bapak Drs. M. AEKO TENGGORO selaku Kepala SMP Negeri 2 Way Jepara
2.      Bapak Drs. TRI YUDO WIDIANTO selaku Kepala Perpustakaan SMP Negeri 2 Way Jepara
3.      Ibu RAGILLIA SEPTIANI S.Pd,  selaku pembimbing
4.      Bapak/Ibu Guru beserta Staff Tata Usaha SMP Negeri 2 Way Jepara
5.      Kedua orang tua saya yang telah mendoakan saya
6.      Rekan-rekan dan adik kelas yang saya sayangi



















HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Karya tulis ini telah diserujui dan disahkan oleh Kepala Perpustakaan dan Pembimbing sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UN dan UAS kelas IX di SMP NEGERI 2 WAY JEPARA Tahun Pelajaran 2016/2017 pada :

Hari/tanggal    :
Tempat            : SMP N 2 WAY JEPARA


Mengetehui


Kepala Perpustakaan                                                               Guru Pembimbing










KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan LAPORAN KARYA WISATA YOGYAKARTA-JAKARTA.

        Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang daerah Iini, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.

        Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan karya wisata ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan guru bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan laporan karaya wisata ini.


Way Jepara, 13 Februari 2016
     Penulis

          Dwi Sestu Ningsih








DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL                                                                                                          i
MOTO                                                                                                                                                ii
HALAMAN PERSEMBAHAN                                                                                            iii
HALAMAN PENGESAHAN                                                                                               iv
KATA PENGANTAR                                                                                                           v
DAFTAR ISI                                                                                                                          vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah                                                                                            1
1.2. Tujuan Penulisan                                                                                                        1
1.3. Metode Pengumpulan Data                                                                                      1
BAB II ISI
1.      CANDI BOROBUDUR                                                                                            2
2.      MONUMEN JOGJA KEMBALI                                                                              6
3.      CANDI PRAMBANAN                                                                                            8
4.      MUSEUM DIRGANTARA                                                                                      9
5.      TMII                                                                                                                           11
6.      MONUMEN NASIONAL                                                                                        13
7.      LUBANG BUAYA                                                                                                   16
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN                                                                                                          19
B.     SARAN                                                                                                                      19
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                        20
DOKUMENTASI                                                                                                                  21

      
BAB I
PENDAHULUAN

   1.1          Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan dunia pariwisata di negara kita, terutama peninggalan-peninggalan bersejarah dari Sabang sampai Marauke menjadi salah satu alasan diadakannya Study Tour. Study Tour merupakan suatu agenda rutin tahunan yang diselenggarakan SMP NEGERI 2 Way Jepara. Sekolah kami tahun ini memilih kota Jakarta dan Yogyakarta sebagai tempat untuk Study Tour karena banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang layak untuk kami ketahui.

     1.2          Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Membantu para siswa dan para pembaca dalam bidang sejarah
Tujuan Khusus :
Agar siswa tidak hanya memiliki teori saja

     1.3          Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan penulis untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Karya tulis ini disusun berdasarkan data-data yang kami kumpulkan dan lokasi dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1.      Metode Observasi
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengunjungi langsung obyek untuk mengadakan penelitian.
2.      Metode Tanya Jawab
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengadakan Tanya jawab dengan guide-guide tentang tempat-tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan gedung-gedung beserta lainnya.
4.      Metode Dokumentasi
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengkaji buku-buku yang mendukung karya tulis ini.




BAB II
ISI
1. CANDI BOROBUDUR
A. Waktu Di Dirikan

Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejrah yang berada di daerah jawa tengah paa khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

B. Penemuan Kembali

Borobudue yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah di sekelilingnya
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.

C. Penyelamatan I

Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

D. Pemugaran Candi Borobudur

Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

E. Bangunan Candi Borobudur

a. Uraian Banguan Candi Borobudur
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya :
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah










2. MONUMEN JOGJA KEMBALI

Monumen Jogja Kembali atau Monjali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai bukti sejarah ditarik mundurnya pasukan Belanda waktu itu dari Jogja pada tanggal 29 Juni 1949 dan sekaligus kembalinya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan pejabat lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. dari pengasingan.
Sejarah ini dimulai tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00 WIB di kota Yogyakarta. Terdengar bunyi sirene yang terdengar dari pos pertahanan Belanda pertanda waktu istirahat pasukan Belanda. Bersamaan dengan pergantian waktu tersebut Letkol Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III bergerak mulai menggempur pertahanan Belanda setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai penggagas serangan tersebut. Pasukan Belanda yang semenjak Agresi Militer Belanda II bulan Desember 1948 pasukannya disebar ke pos pos kecil dan mulai melemah ini merupakan saat yang tepat untuk di serang pasukan TNI.
Setelah terjadi pertempuran sengit, pasukan Belanda dapat dipukul mundur keluar dari Yogyakarta dan selama 6 jam pasukan TNI berhasil menduduki Kota Yogyakarta. Selanjutnya pukul 12.00 siang pasukan TNI kembali menarik diri dari Yogyakarta karena bantuan pasukan Belanda datang.
Pertempuran tersebut dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret yang merupakan bukti pada dunia Internasional nahwa pasukan TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengusir dan melawan penjajah keluar dari wilayah NKRI.
Pertempuran tersebut membuat Belanda marah dan akhirnya menangkap Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta yang selanjutnya diasingkan ke Sumatra dan Belanda selanjutnya membuat propaganda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi.
Berita perlawanan dari TNI dapat dapat memukul mundur pasukan Belanda sempat dikabarkan ke Wonosari kemudian diteruskan ke Bukit Tinggi kemudian ke Birma selanjutnya ke New Delhi India dan berakhir ke kantor pusat PBB di New York. Mendengar beritta tersebut PBB menganggap Indonesia telah merdeka dan mendesak segera mengadakan Komisi Tiga Negara. Akhirnya diadakan pertemuan di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949. Wakil dari Indonesia dipimpin oleh Moh Royen sedangkan wakil dari Belanda dipimpin oleh Van Royen dan selanjutnya menghasilkan perjanjian yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949 yang isinya bahwa Belanda dipaksa untuk menarik pasukannya dari Indonesia dan harus memulangkan Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta ke Yogyakarta. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda resmi menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia
Monumen Jogja Kembali ini dirancang berbentuk gunung yang menjadi lambang kesuburan dan juga merupakan pelestarian dari budaya nenek moyang. Penempatan lokasi bangunan ini pun mengikuti budaya Jogja yaitu terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parangtritis. Titik imajiner monumen ini terletak pada lantai tiga, tepat pada berdirinya tiang bendera.
Memasuki area monumen ini, anda akan disambut oleh replika pesawat Cureng di dekat pintu timur dan pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki teras di sebelah barrat dan timur, pengunjung akan disuguhi dua senjata mesin beroda dengan tempat duduknya. Di ujung selatan pelataran anda akan melihat dinding yang bertuliskan 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 – 29 Juni 1949 dan puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar untuk mengenang pahlawan yang tidak diketahui namanya.
Terdapat empat jalan untuk menuju bangunan utama monumen ini yang dikelilingi oleh kolam ( jagang). Jalan pada arah barat dan tiimur menghubungkan ke pintu masuk lantai satu, yang terdiri dari empat ruang museum yang menampilkan sekitar 1.000 koleksi yang berhubungan dengan sejarah 1 maret, seperti perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Yogyakarta sebagai ibukota RI. Terdapat pula seragam tentara pelajar dan kursi tandu dari Panglima Besar Jendral Sudirman yang masih tersimpan dengan baik. Selanjutnya terdapat ruang sidang utama yang terletak di sebelah ruang museum 1. Terdapat pula ruangan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan yang berbentuk lingkaran berdiameter 25 meter.
Selanjutnya jalan utara dan selatan menghubungkan ke tangga menuju lantai dua. Pada dinding luar yang melinkari bangunan terdapat 40 relief ukir yang menceritakan perjuangan rakyat Indonesia dari tanggal 17 Agustus 1945 – 28 Desember 1949. Sedangkan didalamnya terdapat 10 diorama yang menceritakan situasi Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SO 1 Maret, Perjanjian Roem Royen dan Peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
Menaiki lantai teratas merupakan tempat hening yang berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat tiang bendera yang dipasang bendera merah putih. Ruangan ini bernama Garbha Graha yang digunakan untuk mendoakan para pahlawan dam mengenang jasa-jasanya.
Taman Lampion Jogja
Selain wisata sejarah ,monjali juga dilengkapi dengan taman lampion yang menarik. Taman ini dibuka mulai sore hari hingga tengah malam. Pengunjung bisa menikmati lampu-lampu warna-warni yang berbentuk beraneka macam benda seperti hewan maupun bunga. Anda juga bisa menikmati aneka kuliner yang ada di foodcord monjali. Taman lampion monjali ini cocok untuk bersantai dengan keluarga dan rekan-rekan.







3. CANDI PRAMBANAN

A.    Sejarah Singkat
Candi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak terawatnya candi di daerah ini di tambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali letusan gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh tinggal puing-puing batu yang berserakan.
Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama.
Komplek percandian prambanan terdiri atas bawa, latar tengah dan latar atas (Latar Pusat) Latar bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar pusat adalah latar terpenting diatas berdiri 6 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang paling berhadapan.
Deret pertama yaitu candi Siwa, candi Wisnu, dan candi Brahma. Deret kedua yaitu candi Nandi, candi Angsa dan candi Garuda. Pada ujung lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.

B.     Deskripsi Bangunan
Deskripsi bangunan percandian prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat) yang makin ke arah dalam makin tinggi tempatnyaberturut-turut luasnya 390 m2 ,222 m2, dan 110 m2. Di dalam latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara. Apabila seluruhnya telah selesai di Pugar, maka aka nada 224 buah candi yang ukuranya sama yaitu luas dasar 6 m2 dan tingginya 14 m. candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda. Di ujung lorong yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainya disebut candi Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.


4. MUSEUM DIRGANTARA
Museum Dirgantara adalah museum yang digagas oleh TNI AU untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks pangkalan udara Adi Sutjipto Yogyakarta, museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 1978. Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:
·         Pesawat PBY-5A (Catalina).
·         Replika pesawat WEL-I RI-X.
·         Pesawat A6M5 Zero Zen buatan Jepang.
·         Pesawat pembom B 25 Mitchell, B 26 Invader.
·         Helikopter 360 buatan AS.
Museum TNI AU diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta.
Dengan pertimbangan antara lain bahwa Yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU periode 1945-1949 serta tempat penggodokan Karbol AAU, maka pada bulan November 1977 Museum AURI di Jakarta dipindahkan dan diintegrasikan dengan Museum di Ksatrian AAU di Pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal 29 Juli 1978 diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Mengingat semakin bertambahnya koleksi, maka pada tahun 1984 Museum dipindahkan ke Wonocatur menempati sebuah gedung bersejarah. Gedung tersebut semasa penjajahan Belanda adalah sebuah pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan sebagai Depo Logistik. Pada bulan Oktober 1945 BKR dan para pejuang kemerdekaan berhasil merebut Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) dari tangan Jepang, termasuk segala unsur logistik dan fasilitasnya yang kemudian digunakan sebagai unsur kekuatan awal TNI Angkatan Udara.
 Museum TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur, serta terdapat koleksi berupa diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan, tanda-tanda kehormatan, dan lain-lain yang disusun dan ditata berdasar kronologi peristiwa.
(Koleksi pesawat antara lain) Pesawat WEL RI X merupakan produksi pertama bangsa Indonesia yang dibuat pada tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun, dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supomo. Pesawat ini memakai mesin Harley Davidson 2 Silinder model tahun 1928.
Pesawat Pembom Guntai direbut dari Jepang saat Belanda melancarkan aksi blokade terhadap dirgantara Indonesia, pesawat buatan tahun 1930 ini dengan penerbangnya Kadet Mulyono melaksanakan pemboman terhadap kedudukan lawan di Semarang pada tanggal 29 Juli 1947.
Pesawat Jet Star merupakan pesawat kepresidenan hadiah dari pemerintah Amerika Serikat kepada Presiden RI Soekarno, pernah digunakan dalam kunjungan ke beberapa negara antara lain Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Berbagai jenis pesawat pemburu, latih, dan angkut periode 1950-1965.
Diorama Sekbang I Taloa, Amerika Serikat, Sekbang India, Sekbang Andir, dan Sekolah Perwira Teknik Udara.


5. TMII
Sejarah taman mini indonesia indah – TMII atau Taman Mini Indonesia Indah adalah salah satu wisata terkenal di Indonesia dan merupakan kawasan objek wisata yang terbilang megah dengan luas area 165 hektar, terletak di Jakarta Timur.
Lahan tersebut awal mulanya merupakan daerah persawahan dan perladangan milik rakyat, namun kemudian ditransformasikan menjadi kawasan wisata TMII.
Taman mini indonesia indah sengaja dibuat sebagai wahana yang dapat merepresentasikan kebhinekaan Indonesia dan kekayaan khasanah budaya bangsa.
Sedangkan tujuan pendirian taman miniatur ini adalah untuk memupuk dan membina persatuan bangsa, menjunjung tinggi kebudayaan nasional, dan memperkenalkan kebudayaan, adat-istiadat, dan perilaku masyarakat Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri dan bangsa lain.
Tujuan-tujuan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam objek-objek wisata yang disajikan di kawasan TMII, seperti anjungan daerah, museum, taman, tempat rekreasi, dan lain-lain. Berikut ini adalah sejarah taman mini indonesia indah.
Gagasan Pendirian Taman Mini Indonesia Indah
Sejarah mencatat, bahwa gagasan awal mula pendirian kawasan wisata TMII adalah oleh Ibu Negara Siti Hartinah Soeharto yang lebih akrab dengan Ibu Tien Soeharto.
Prakarsa tersebut diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta.
Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum.
Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek tersebut.
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari.
Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.
Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.
Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah” diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto. TMII telah mempunyai logo berhuruf I dan I, kedua huruf ini mewakili nama Indonesia Indah. Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra).
Sebagai kawasan wisata yang dikonsep secara matang, sejak usia dini TMII telah mengantongi berbagai penghargaan di bidang pariwisata, baik penghargaan dari pemerintah daerah maupun lembaga internasional.
Penghargaan ini salah satunya berasal dari Pemerintah DKI Jakarta yang diberikan pada tahun 1976, 1977, 1978, 1981, 1991, 1992, 1993, dan 1995.
Selain itu, TMII juga pernah menggondol penghargaan pelestarian kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Assosiation (PATA) pada tahun 1987. Khusus di bidang pembinaan industri kecil, TMII juga pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.




6. MONUMEN NASIONAL
A.    Sejarah
Monumen nasional ini memiliki tinggi 132 meter dengan emas yang berada di puncaknya.
Sejarah monas ini dimulai setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta pada tahun 1950 setelah adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949. Lalu Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka.
Monumen Nasional terletak dipusat kota Jakarta. Monumen Nasional ini merupan icon kota Jakarta, yang menjadi tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi para wisatawan. Monumen Nasional didirikan pada tahun 1959 dan diresmikan 2 tahun kemudian pada tahun 1961.
Didalam Monumen Nasional ini kita dapat menikmati segarnya hutan kota seluas ± 80 hektare ditengah kota Jakarta. Adapun bagian bagian dari Monas yang tak kalah menarik. Bagian tersebut yaitu Lidah api, pelataran puncak, pelataran bawah, dan museum sejarah perjuangan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Sekitar 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh komite. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi tetap tak satupun yang memenuhi kriteria. Lalu ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan oleh Silaban biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, kemudian Soekarno meminta arsitek R.M. Soedarsono melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, angka 8 dan angka 45, untuk melambangkan 17 Agustus 1945 di dalam rancangan monumen itu. Pembangunan monas yang di arsiteki Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono dibangaun pada 17 Agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, dimulai secara resmi oleh Presiden Soekarnoyang secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada Maret 1962. Dan dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.
Lalu pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 karena adanya Gerakan 30 September 1965, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969 sampai 1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meski pembangunan telah selesai, masalah masih terjadi, yaitu kebocoran air yang menggenangi museum. Sejarah monas dimulai sejak Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto
Gagasan awal pembangunan Monumen Nasional muncul setelah sembilan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah “ panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku Penulis, Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu oleh 4 orang anggota masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
Tugas panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penbagunan Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya pembangunan yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen Nasional adalah:
  1.  Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
  2. Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
  3. Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
  4. Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.
B.     Program Bagi Pengunjung
Ø  Program Utama: Memperlihatkan berbagai miniatur yang dapat menjelaskan tentang peristiwa sejarah banga Indonesia.
Ø  Kegiatan pengunjung: Belajar sambil berwisata dengan menikmati keindahan yang terdapat dikota Jakarta dari pelataran puncak Monas.
Ø  Kegiatan Lainnya: Sebagai tempat berekreasi dan belajar bagi siswa.

C.     Manfaat Bagi Pengunjung
-          Mengunggah kesadaran dan menumbuhkan apresiasi anak didik dan masyarakat terhadap sejarah bangsa Indonesia.
-          Mengenal keindahan kota Jakarta dari pelataran puncak monas
-          Mendorong timbulnya rasa keingintahuan anak didik dan masyarakat terhadap sejarah perjuangan bangsa Indoneia.
-          Memberi gambaran tentang bagaimana para pahlawan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
-          Menmgenang dan melestarikan sejarah perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan 1945.

D.    Fasilitas
1.   12 Diaorama(jendela peraga)
2.   Lift
3.  Tangga darurat
4.   Air mancur
5.  Laser
6.  Lapangan olahraga
7.  Taman
8.  Ruang museum







7. LUBANG BUAYA

Lubang Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. Secara spesifik, sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Lubang Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.

Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu. Di Lubang Buaya terdapat patung elang dan patung pahlawan, patung elang itu sangat besar. Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.


Pada 1 Oktober 1965 telah terjadi penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal dan seorang perwira pertama AD yang kemudian dimasukkan ke sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede oleh pasukan militer G30S. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.

Pada 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya, Mayjen Suharto, Panglima Kostrad menyampaikan pidato yang disiarkan luas yang menyatakan bahwa para jenderal telah dianiaya sangat kejam dan biadab sebelum ditembak. Dikatakan olehnya bahwa hal itu terbukti dari bilur-bilur luka di seluruh tubuh para korban. Di samping itu Suharto juga menuduh,
Lubang Buaya berada di kawasan PAU Halim Perdanakusuma, tempat latihan sukarelawan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Perlu disebutkan bahwa Lubang Buaya terletak di wilayah milik Kodam Jaya. Di samping itu disiarkan secara luas foto-foto dan film jenazah yang telah rusak yang begitu mudah menimbulkan kepercayaan tentang penganiayaan biadab itu. Hal itu diliput oleh media massa yang telah dikuasai AD, yakni RRI dan TVRI serta koran milik AD Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. Sementara seluruh media massa lain dilarang terbit sejak 2 Oktober.

Jadi sudah pada 4 Oktober itu Suharto menuduh AURI, Pemuda Rakyat dan Gerwani bersangkutan dengan kejadian di Lubang Buaya. Selanjutnya telah dipersiapkan skenario yang telah digodok dalam badan intelijen militer untuk melakukan propaganda hitam terhadap PKI secara besar-besaran dan serentak. Dilukiskan terdapat kerjasama erat dan serasi antara Pemuda Rakyat dan Gerwani serta anggota ormas PKI lainnya dalam melakukan penyiksaan para jenderal dengan menyeret, menendang, memukul, mengepruk, meludahi, menghina, menusuk-nusuk dengan pisau, menoreh silet ke mukanya. Dan puncaknya kaum perempuan Gerwani itu dilukiskan sebagai telah kerasukan setan, menari-nari telanjang yang disebut tarian harum bunga, sambil menyanyikan lagu Genjer-genjer, lalu mecungkil mata korban, menyilet kemaluan mereka, dan memasukkan potongan kemaluan itu ke mulutnya….

hal itu bisa kita baca dalam koran-koran Orba milik AD yang kemudian dikutip oleh media massa lain yang boleh terbit lagi pada 6 Oktober dengan catatan harus membebek sang penguasa serta buku-buku Orba. Lukisan itu pun bisa kita dapati dalam buku Soegiarso Soerojo, pendiri koran AB, yang diterbitkan sudah pada 1988, .Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Anda juga dapat menikmatinya dalam buku Arswendo Atmowiloto yang direstui oleh pihak AD, Pengkhianatan G30S/PKI, yang dipuji sebagai transkrip novel yang bagus dari film skenario Arifin C Noer dengan judul yang sama yang wajib ditonton oleh rakyat dan anak sekolah khususnya selama bertahun-tahun. Dan jangan lupa, fitnah ini diabadikan dalam diorama pada apa yang disebut Monumen Pancasila Sakti di
Lubang Buaya. Meski monumen ini berisi fitnah, tapi kelak jangan sampai dihancurkan, tambahkanlah satu plakat yang mudah dibaca khalayak: “Di sini berdiri monumen kebohongan perzinahan politik”, agar kita semua belajar bahwa pernah terjadi suatu rezim menghalalkan segala cara untuk menopang kekuasaannya dengan fitnah paling kotor dan keji pun. Penghormatan terhadap para jenderal yang dibunuh itu ditunggangi Suharto dengan fitnah demikian.
Fitnah hitam dongeng horor itu semua bertentangan dengan hasil visum et repertum tim dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto sendiri yang diserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965, bahwa tidak ada tanda-tanda penyiksaan biadab, mata dan kemaluan korban dalam keadaan utuh. Laporan resmi tim dokter itu sama sekali diabaikan dan tak pernah diumumkan.

Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan selama bertahun-tahun tanpa jeda. Dalil intelijen menyatakan bahwa kebohongan yang terus-menerus disampaikan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Bahkan sampai dewasa ini pun, ketika informasi sudah dapat diperloleh secara bebas terbuka, fitnah itu masih dimamahbiak oleh sementara kalangan seperti buta informasi.

Apa tujuan kampanye hitam fitnah itu? Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan situasi, membangkitkan emosi rakyat umumnya dan kaum agama khususnya menuju ke pembantaian massal para anggota PKI dan yang dituduh PKI sesuai dengan doktrin membasmi sampai ke akar-akarnya. Dengan gencarnya kampanye hitam itu, maka telah berkembang biak dengan berbagai peristiwa di daerah dengan kreatifitas dan imajinasi para penguasa setempat. Selama kurun waktu 1965-1966 jika di pekarangan rumah seseorang ada lubang, misalnya untuk dipersiapkan menanam sesuatu atau sumur tua tak terpakai, apalagi jika si pemilik dicurigai sebagai orang PKI, maka serta-merta ia dapat ditangkap, ditahan dan bahkan dibunuh dengan tuduhan telah mempersiapkan
“lubang buaya” untuk mengubur jenderal, ulama atau dan tokoh-tokoh lawan politik PKI setempat. Dongeng tersebut masih dihidup-hidupkan sampai saat ini.

Segala macam dongeng fitnah busuk berupa temuan
“lubang buaya” yang dipersiapkan PKI dan konco-konconya untuk mengubur lawan-lawan politiknya ini bertaburan di banyak berita koran 1965-1966 dan terekam juga dalam sejumlah buku termasuk buku yang ditulis Jenderal Nasution, yang dianggap sebagai peristiwa dan fakta sejarah, bahkan selalu dilengkapi dengan apa yang disebut “daftar maut” meskipun keduanya tak pernah dibuktikan sebagai kejadian sejarah maupun bukti di pengadilan.

Seorang petani bernama Slamet, anggota BTI yang tinggal di pelosok dusun di Jawa Tengah yang jauh dari jangkauan warta berita suatu kali mempersiapkan enam lubang untuk menanam pisang di pekarangannya. Suatu siang datang sejumlah polisi dan tentara dengan serombongan pemuda yang menggelandang dirinya ketika ia sedang menggali lubang keenam. Tuduhannya ia tertangkap basah sedang mempersiapkan lubang untuk mengubur Pak Lurah dan para pejabat setempat. Dalam interogasi terjadi percakapan seperti di bawah.

“Kamu sedang mempersiapkan
lubang buaya untuk mengubur musuh-musuhmu!”
“Lho kulo niki bade nandur pisang, lubang boyo niku nopo to Pak?” [saya sedang hendak menanam pisang, lubang buaya itu apa Pak?]
“Lubang boyo iku yo lubange boyo sing ana boyone PKI!” [lubang buaya itu lubang yang ada buaya milik PKI]. Baik pesakitan yang bernama Slamet maupun polisi yang memeriksanya tidak tahu apa sebenarnya lubang buaya itu, mereka tidak tahu bahwa Lubang Buaya itu nama sebuah desa di Pondokgede, Jakarta.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Perjalanan ini memang sangat melelahkan, namun dibalik itu semua terdapat sebuah pengalaman yang tidak pernah akan kami lupakan selama hidup kami. Dari penulisan laporan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa obyek-obyek wisata di Indonesia beraneka ragam. Sebagai warga Negara yang baik, sudah sepantasnya kita menjaganya agar tetap lestari dan wisatawan domestik maupun mancanegara betah di Indonesia. Sehingga bias meningkatkan devisa Negara.

B.     Saran

Penyusun dengan segala keterbatasan yang ada, menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
































DAFTAR PUSTAKA



Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1995 .Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
             Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . 1993 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sumber:
www.jogjatrip.com













DOKUMENTASI
    
CANDI BOROBUDUR                                               CANDI BOROBUDUR          
     
MONJALI                                                                    MONJALI
  
CANDI  PRAMBANAN                                  CANDI  PRAMBANAN                     
        
            MUSEUM DIRGANTARA                                          MUSEUM DIRGANTARA

  
                    TMII                                                                           TMII
   
                   MONAS                                             MONAS
   
          LUBANG BUAYA                                                                                                               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar